Ketika pertama kali belajar Islam secara lebih mendalam, saya menyadari bahwa memahami hadits tidak sekadar membaca teksnya. Ada ilmu penting yang disebut Ilmu Musthalah Hadits, yang membantu kita mengetahui apakah suatu hadits bisa diamalkan atau tidak. Dua istilah yang paling sering muncul adalah Hadits Shahih dan Hadits Dhaif.
Bagi pemula, istilah ini mungkin terasa rumit. Namun sebenarnya, penjelasannya dapat dibuat sederhana dan mudah dipahami.
Apa Itu Hadits?
Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, atau sifat beliau. Dalam kehidupan seorang Muslim, hadits menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali kualitas hadits sebelum mengamalkannya.
Apa Itu Hadits Shahih?
Hadits Shahih adalah hadits yang terpercaya dan kuat dari segi periwayatan, sehingga dapat dijadikan dalil dalam hukum Islam. Ulama menyebut hadits shahih sebagai hadits yang memenuhi lima syarat utama:
Sanadnya bersambung, tidak ada perawi yang terputus.
Perawi yang meriwayatkannya adil, artinya memiliki karakter baik, amanah, dan berpegang pada agama.
Perawinya memiliki hafalan yang kuat atau dikenal teliti dalam mencatat.
Tidak ada kejanggalan dalam isi hadits dibandingkan dalil lain yang lebih kuat.
Tidak mengandung cacat (illat) yang merusak keabsahannya.
Singkatnya, jika sebuah hadits termasuk kategori shahih, maka ia dapat diamalkan dalam semua aspek kehidupan: aqidah, ibadah, akhlak, maupun hukum.
Contoh hadits shahih yang sangat dikenal adalah:
"Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya."
— HR. Bukhari & Muslim
Apa Itu Hadits Dhaif?
Hadits Dhaif adalah hadits yang lemah karena tidak memenuhi satu atau lebih syarat yang dimiliki hadits shahih. Kelemahan ini bisa muncul karena beberapa hal, seperti:
Rantai sanad terputus,
Perawi tidak dikenal,
Perawi kurang akurat hafalannya,
Ada cacat dalam periwayatan.
Hadits dhaif tidak digunakan sebagai dasar hukum dalam hal-hal wajib atau haram. Namun, sebagian ulama memperbolehkan penggunaan hadits dhaif dalam konteks motivasi amal (fadhoilul amal) dengan syarat:
Bukan tentang akidah atau hukum wajib/haram,
Tidak sangat lemah,
Isinya sesuai dengan dalil lain yang kuat.
Kenapa Perbedaan Ini Penting?
Dalam era digital, banyak hadits tersebar di media sosial, pesan WhatsApp, video dakwah, dan gambar motivasi. Tidak semuanya benar atau dapat dipercaya. Jika kita mengamalkan hadits yang tidak valid, kita bisa salah dalam memahami Islam.
Sebagai Muslim, kita diajarkan untuk berhati-hati dalam menyampaikan ilmu. Nabi ﷺ bersabda:
"Cukuplah seseorang dianggap berdusta jika ia menyampaikan semua yang ia dengar."
Ini mengingatkan kita agar mengecek sumber hadits sebelum membagikannya atau mengamalkannya.
Bagaimana Cara Mengetahui Kualitas Hadits?
Untuk pemula, langkah paling mudah adalah mengikuti penjelasan ulama terpercaya dan merujuk pada kitab hadits yang sudah dikaji oleh para ahli, seperti:
Shahih Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Abu Dawud
Sunan Tirmidzi
Musnad Ahmad
Selain itu, banyak aplikasi dan situs ilmiah yang mencantumkan status hadits, sehingga memudahkan kita dalam belajar.
Kesimpulan
Perbedaan antara Hadits Shahih dan Dhaif sangat penting dipahami oleh umat Islam. Hadits Shahih adalah hadits yang terpercaya dan dapat dijadikan pedoman dalam ibadah dan kehidupan. Sementara itu, Hadits Dhaif adalah hadits yang lemah karena masalah pada perawinya atau sanadnya, sehingga penggunaannya terbatas pada bidang-bidang tertentu.
Mempelajari hadits bukan hanya tentang hafalan, tetapi tentang kehati-hatian agar ibadah kita sesuai dengan petunjuk Rasulullah ﷺ.
Dengan pemahaman ini, kita dapat belajar agama dengan lebih yakin, tenang, dan ilmiah.

Posting Komentar