Istri Firaun dalam Islam: Kisah, Keutamaan, dan Pandangan Para Ulama serta Peneliti Barat

 


Kisah istri Firaun, dikenal dengan nama Asiyah binti Muzahim, adalah salah satu kisah paling menyentuh dalam sejarah keimanan. Dalam Islam, beliau menjadi simbol kekuatan batin, kesabaran, dan keteguhan iman di tengah kekejaman penguasa terbesar di zamannya. Meskipun hidup bersama salah satu tiran paling sadis, Firaun, hati Asiyah tetap dipenuhi cahaya tauhid.


Nama beliau disebut dalam Al-Qur’an sebagai teladan perempuan beriman, sejajar dengan Maryam binti Imran. Kisahnya bukan sekadar sejarah—ia menjadi pelajaran spiritual tentang keberanian memilih iman meskipun harus bertaruh nyawa.


Istri Firaun dalam Narasi Islam


Asiyah, menurut literatur Islam, bukan hanya istri Firaun namun juga orang yang berjasa dalam menyelamatkan Nabi Musa ketika masih bayi. Dialah yang berkata kepada Firaun agar bayi Musa tidak dibunuh, dengan alasan bisa menjadi anak angkat bagi mereka. Perannya dalam pembentukan kehidupan Musa menjadi bagian penting dari perjalanan dakwah para nabi.


Namun, saat Musa diangkat sebagai nabi dan menyerukan tauhid, Asiyah pun menerima kebenaran itu. Ia memeluk iman secara sembunyi-sembunyi hingga akhirnya diketahui oleh Firaun. Penyiksaan demi penyiksaan ia terima, namun tidak sedikit pun keimanannya goyah.


Doanya yang terkenal:


“Ya Rabb, bangunkanlah untukku rumah di sisi-Mu di surga.”


Doa itu menjadi penanda bahwa ia tidak ingin lagi hidup dalam kemegahan dunia yang fana bersama Firaun—yang ia pilih adalah kebersamaan dengan Allah.


Pandangan Para Ulama Islam tentang Asiyah


Para ulama memberikan interpretasi beragam terkait posisi dan kemuliaan Asiyah. Berikut ringkasan 5 pendapat dari ulama besar:


1. Imam Al-Qurthubi


Menurut Al-Qurthubi, Asiyah adalah teladan bagi kaum mukminah sepanjang masa karena keimanannya tetap kokoh meski berada dalam kekuasaan tiran. Ia tidak hanya beriman, tetapi juga aktif dalam menjaga dakwah Musa sejak kecil.


2. Imam Ibn Katsir


Ibn Katsir menjelaskan bahwa Asiyah adalah salah satu dari empat wanita paling mulia dalam Islam, bersama Maryam, Khadijah, dan Fatimah. Kedudukannya sebagai penghuni surga dijamin langsung oleh wahyu sebelum ia wafat.


3. Imam At-Tabari


At-Tabari menekankan aspek ujian yang dialami Asiyah. Menurutnya, kemuliaan Asiyah terletak pada ketabahannya dalam menghadapi penyiksaan fisik dan mental hingga ajal menjemput.


4. Al-Ghazali


Al-Ghazali menyoroti sisi spiritual Asiyah. Beliau menyebut Asiyah sebagai simbol kesempurnaan iman yang tidak dipengaruhi oleh keadaan sosial, termasuk hidup bersama orang fasik.


5. Imam As-Suyuthi


As-Suyuthi menyebut bahwa kemuliaan Asiyah membuktikan bahwa kedudukan seseorang di sisi Allah tidak ditentukan hubungan keluarga, kekuasaan, atau status dunia.


Pandangan Peneliti Barat Tentang Istri Firaun


Dalam literatur Barat, kisah istri Firaun dibahas terutama dari perspektif sejarah, antropologi, dan tekstual. Mereka tidak selalu mengakui aspek spiritual, tetapi fokus pada identitas historisnya.


Berikut 5 pandangan berbeda dari kalangan peneliti Barat:


1. Identifikasi Dengan Ratu Nefertari


Beberapa sejarawan mengaitkan Asiyah dengan Ratu Nefertari, istri Ramses II, karena catatan sejarah menunjukkan bahwa ratu ini dikenal penyayang dan dikenal mendukung keyakinan non-politeistik.


2. Pendapat Bahwa Ia Tokoh Legendaris


Sebagian peneliti modern beranggapan kisah Asiyah adalah legenda moralistik yang berfungsi memperkuat pesan teologis dalam tradisi Abrahamik.


3. Sejarawan Mesir Kuno


Beberapa ahli Mesir Kuno menyebut bahwa jika Musa hidup pada masa Thutmose III atau Akhenaten, maka identitas istri Firaun perlu ditelusuri sesuai era tersebut. Pendapat ini menunjukkan bahwa narasi Asiyah masih terbuka untuk penelitian lebih lanjut.


4. Pendekatan Feministik


Profesor studi agama tertentu menyebut Asiyah sebagai tokoh revolusioner perempuan yang menantang otoritas laki-laki totalitarian. Bagi mereka, Asiyah adalah simbol perlawanan terhadap penindasan gender.


5. Perspektif Teologi Komparatif


Dalam kajian agama-agama Abrahamik, Asiyah disandingkan dengan tokoh perempuan penyelamat seperti Sarah (istri Ibrahim) dan Maryam. Dalam pendekatan ini, Asiyah dilihat sebagai archetype “perempuan penyelamat”.


Mengapa Kisah Asiyah Relevan Hari Ini?


Kisah Asiyah memberikan pesan universal:


Kesabaran lebih kuat dari keadaan.


Keimanan mampu mengalahkan ketakutan.


Tidak ada kekuasaan yang abadi, selain kekuasaan Allah.


Dalam dunia modern, ketika banyak orang menghadapi tekanan hidup, mental, atau sosial, kisah Asiyah menjadi oase kekuatan spiritual.

Post a Comment