Menuntut ilmu merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang menekankan pentingnya ilmu sebagai dasar kehidupan, petunjuk, dan kunci kemuliaan. Islam tidak hanya memerintahkan umatnya beribadah, tetapi juga menuntut mereka untuk berilmu agar ibadah dan kehidupannya berjalan dengan benar.
Ilmu dalam Islam bukan hanya tentang pengetahuan agama, tetapi juga mencakup semua cabang ilmu yang bermanfaat bagi manusia—baik agama, sains, etika, teknologi, maupun sosial. Artikel ini akan membahas beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan menuntut ilmu dan pendapat para ulama tafsir dari berbagai zaman.
1. Ayat Tentang Keutamaan Ilmu
Salah satu ayat paling terkenal terkait keutamaan ilmu adalah ayat berikut:
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
(QS. Az-Zumar: 9)
Ayat ini menegaskan bahwa kedudukan orang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak memiliki ilmu. Allah mengangkat derajat orang berilmu dibandingkan mereka yang menjalani hidup tanpa pemahaman.
2. Ayat Tentang Perintah Mencari Ilmu
Ayat lain yang sangat relevan adalah:
“Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu.’”
(QS. Taha: 114)
Menariknya, ini adalah satu-satunya doa dalam Al-Qur’an yang secara langsung diperintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, menunjukkan betapa pentingnya ilmu.
3. Ayat Tentang Ketinggian Derajat Orang Berilmu
Allah berfirman:
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu adalah jalan kemuliaan dan kedekatan kepada Allah.
Tafsir Ulama Mengenai Ayat-Ayat Tentang Ilmu
Untuk memahami makna ayat-ayat tersebut, kita perlu melihat penjelasan ulama tafsir yang diakui keilmuannya. Berikut pandangan tiga ulama besar:
1. Tafsir Imam Al-Qurthubi (±400 Kata)
Dalam tafsirnya, Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa ayat QS. Az-Zumar: 9 menunjukkan keutamaan ilmu dan kemuliaan posisi orang berilmu dibandingkan mereka yang tidak berilmu. Menurut beliau, ilmu yang dimaksud dalam ayat ini adalah:
✔ Ilmu tentang Allah
✔ Ilmu tentang syariat
✔ Ilmu yang mengantarkan pada taqwa
Beliau menekankan bahwa ilmu bukan sekadar hafalan atau informasi, tetapi harus berbuah pengamalan. Orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkan ilmunya lebih rendah derajatnya daripada orang awam yang bertaqwa.
Pada QS. Taha: 114, Imam Al-Qurthubi menyebut bahwa perintah “Rabbi zidni ‘ilma” ditujukan agar Rasulullah ﷺ terus meningkatkan kapasitas keilmuan beliau. Ini menunjukkan bahwa ilmu tidak mengenal batas usia atau tingkatan pencapaian; sekalipun Nabi adalah manusia termulia, beliau masih diperintahkan untuk terus belajar.
Tentang QS. Al-Mujadilah: 11, Al-Qurthubi menafsirkan bahwa Allah mengangkat derajat orang berilmu di dunia dengan penghormatan dan pengaruh, serta di akhirat dengan ganjaran yang besar. Menurut beliau, orang berilmu memiliki tanggung jawab besar karena mereka menjadi penerus risalah dan penjaga agama.
Imam Al-Qurthubi juga menegaskan bahwa ilmu yang paling utama adalah ilmu syariat, kemudian ilmu yang memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat seperti kedokteran, astronomi, bahasa, matematika, dan ilmu sosial.
2. Tafsir Ibnu Katsir (±400 Kata)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya memberikan penekanan bahwa ayat-ayat tentang ilmu menunjukkan tingginya kedudukan ilmu dalam Islam. Beliau mengatakan bahwa pada QS. Az-Zumar: 9, Allah tidak membandingkan kaya dan miskin, kuat dan lemah, atau penguasa dengan rakyat, tetapi membandingkan orang yang berilmu dan tidak berilmu—menunjukkan hierarki spiritual berdasarkan ilmu.
Pada QS. Taha: 114, Ibnu Katsir menyatakan bahwa doa “Rabbi zidni ‘ilma” merupakan bukti bahwa ilmu merupakan cahaya dan petunjuk bagi kehidupan. Semakin banyak seseorang belajar, semakin ia memahami kebesaran Allah dan semakin dekat kepada-Nya.
Tentang QS. Al-Mujadilah: 11, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa derajat orang beriman berada pada tingkatan pertama, lalu derajat orang berilmu berada di tingkatan yang lebih tinggi. Ini berarti iman dan ilmu adalah dua pondasi penting bagi kemuliaan seseorang.
Beliau juga menyebut hadis yang mendukung ayat ini:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.”
(HR. Muslim)
Menurut Ibnu Katsir, ilmu juga akan menjadi cahaya bagi pemiliknya di alam kubur dan di hari kiamat, karena ilmu yang diamalkan adalah bagian dari amal jariyah.
3. Tafsir Fakhruddin Ar-Razi (±400 Kata)
Dalam kitab Mafatih Al-Ghayb, Fakhruddin Ar-Razi memberikan analisis filosofis terkait ayat-ayat ini. Menurut beliau, ilmu adalah fondasi keberadaan manusia sebagai makhluk berakal. Allah memuliakan Adam dengan ilmu ketika malaikat diperintahkan bersujud, menunjukkan bahwa kelebihan manusia adalah ilmu, bukan fisik atau kekuatan.
Tentang QS. Taha: 114, Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan bahwa kata “zidni” menunjukkan bahwa setiap orang harus terus menuntut ilmu, bahkan jika ia sudah mencapai puncak pemahaman. Tidak ada batas akhir dalam proses belajar, karena ilmu Allah sangat luas.
Pada QS. Al-Mujadilah: 11, beliau menafsirkan bahwa pengangkatan derajat orang berilmu mencakup:
Kedudukan kehormatan di tengah manusia.
Kemuliaan spiritual di sisi Allah.
Ganjaran abadi di akhirat.
Ar-Razi juga membagi ilmu menjadi dua kategori:
✔ Ilmu yang WAJIB dipelajari (fardhu ‘ain), seperti tauhid, ibadah, dan etika.
✔ Ilmu yang menjadi fardhu kifayah, seperti kedokteran, matematika, teknologi, dan ilmu sosial.
Beliau menegaskan bahwa kemajuan umat bergantung pada kedua kategori ini. Jika salah satu ditinggalkan, umat akan lemah.
Kesimpulan
Ayat-ayat Al-Qur’an menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah suatu kewajiban mulia dan jalan menuju kemuliaan dunia dan akhirat. Ilmu bukan hanya alat mencari pekerjaan, tetapi cahaya kehidupan, pondasi akhlak, dan jalan menuju kedekatan dengan Allah.
Melalui tafsir para ulama, kita memahami bahwa ilmu harus dicari sepanjang hidup dan diamalkan untuk kebaikan. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang selalu belajar, mengamalkan ilmu, dan bermanfaat bagi umat.
Baca Juga Adab dalam Menuntut Ilmu

Posting Komentar